Senin, 05 Juli 2010

Kesan Pertama Begitu Menggoda

 Judul tulisan ini adalah tagline iklan salah satu produk customer goods. Tentu kita semua masih ingat kan? Tagline ini cukup mengena dan sempat menjadi top of mind bagi pemirsa maupun pembaca pada waktu itu. Tagline ini juga menjadi jargon yang sering diucapkan di berbagai acara, bahkan sampai dengan diplesetkan menjadi sebuah jargon yang jenaka.

Di dunia komunikasi dan hubungan interpersonal, dikatakan bahwa kesan pertama adalah dua menit pertama yang diperhitungkan. It is the first two minutes that counts. Benarkah?
Dalam berbagai kesempatan, seringkali kita menilai seseorang dari kesan pertama yang diciptakan. Ketika mewawancarai calon karyawan, hal pertama yang diperhatikan adalah penampilan si interviewee, bahasa tubuh dan caranya memulai komunikasi. Setelah itu barulah kita perhatikan isi dan bobot jawaban dari pertanyaaan yang dilontarkan si interviewer. Interviewee yang berpakaian rapi dan necis pasti membuat kita memberi nilai yang berbeda dibandingkan ketika melihat yang berpakaian terlalu casual, lengkap dengan perhiasan atau make up yang berlebihan.

Berjumpa dengan orang yang belum kita kenal dalam suatu acara seminar, sebelum kita tergerak untuk berkenalan atau memulai percakapan, pasti kita perhatikan bagaimana kesan orang tersebut dalam persepsi kita. Orang yang kita kesankan sebagai orang yang friendly tentu jadi pilihan utama kita untuk mengajaknya berkenalan, daripada mereka yang terlihat kurang bersahabat.

Lain halnya dengan trainer. Trainer lebih sering tertarik untuk mendekati peserta training yang terkesan pasif, tidak nyaman, acuh atau tidak bersemangat. Peserta training yang aktif dan responsif tentu tidak memerlukan pendekatan tersendiri dari si trainer. Karena dengan sendirinya peserta dari kelompok ini sudah menjadi pusat perhatian yang dapat menghidupkan acara training.

Kesan pertama yang baik adalah awal dari suatu kesempatan, keputusan dan hubungan yang baik. Sebaliknya, kesan pertama yang buruk bisa menjadi sumber masalah untuk selanjutnya. Kabar baiknya adalah, kita hanya memiliki satu kesempatan untuk membuat kesan pertama yang baik. Dan kabar buruknya adalah, kesan pertama yang buruk dapat membuat penilaian yang buruk secara konstan, bahkan digeneralisir ke aspek-aspek yang lain, meskipun kita sudah berupaya untuk memperbaikinya.

Kris Cole, dalam bukunya Crystal Clear Communication (buku yang menjadi salah satu buku referensi saya dalam membuat modul training topik komunikasi) menyebutkan tiga hal yang sangat mempengaruhi kesan pertama, yaitu Penampilan, Bahasa Tubuh dan Suara.

1. Penampilan
99% kesan pertama dibentuk dari penampilan kita. Pakaian yang kita kenakan, make up yang kita gunakan, perhiasan/asesori yang melekat di tubuh kita bahkan benda-benda atau perlengkapan yang kita bawa, semuanya memberikan kesan tersendiri. Terlepas dari merk atau harga pakaian, perhiasan dan perlengkapan tersebut, penampilan yang terkesan “baik” di mata orang lain, sudah memberikan satu point tersendiri untuk citra yang kita kesankan. Pakaian yang kita kenakan memang tidak mempengaruhi kualitas kompetensi kita, namun secara simbolis mengkomunikasikan pesan yang sangat bermakna bagi orang lain terhadap kita.
Faktor lain dalam penampilan yang berpengaruh diantaranya adalah tinggi badan, berat badan dan usia. Beberapa dari faktor ini tidak bisa kita kendalikan, contohnya usia, namun tetap saja dapat kita manipulasi dengan hal-hal alami seperti semangat yang tinggi atau senyum yang tetap cerah meskipun sudah memasuki usia kepala 5.

2. Bahasa Tubuh (Body Language)
Bahasa tubuh yang menyampaikan seribu makna bagi orang lain. Bahasa tubuh yang membawa kesan diantaranya adalah
• Kontak mata
• Senyuman
• Jabat tangan
• Ekspresi wajah
• Gerakan (tangan, tubuh, kaki, kepala, bahu, mata)
• Cara berdiri, dll
Kita bisa memilih kontak mata yang tajam namun tidak terkesan menyelidik, atau kontak mata yang ragu-ragu bahkan menghindar adanya kontak mata dengan lawan bicara. Kita juga bisa membuat senyum yang tulus, atau senyum yang berat dan terpaksa. Jabat tangan yang terlalu erat dan kuat, atau jabat tangan yang lemah, atau yang moderat diantara keduanya. Ekspresi wajah yang murung, tidak bergairah, marah atau ekspresi yang bergairah, semangat, ceria, dan berbagai gerakan dan bahasa tubuh lainnya semuanya bisa kita ciptakan dengan sadar. Atau ketika kita tidak sadar sekalipun, bahasa tubuh kita sudah membangun kesan pertama yang akan selalu diingat.

3. Suara
Suara yang mantap, tenang dan kuat tetapi tidak terlalu keras lebih banyak memberikan kesan yang baik untuk kita. Sebaliknya, suara yang terdengar ragu, intonasi yang terlalu berlebihan dan kecepatan suara yang tidak terkendali akan menimbulkan kesan yang buruk di awal sebuah relasi. Sebagian dari faktor suara ini (volume, kecepatan, intonasi) merupakan faktor bawaan, namun semuanya dapat dipelajari dan dikendalikan. Dan yang pasti menciptakan kesan tersendiri bagi lawan bicara kita.

Coba tanyakan kepada kekasih, pasangan dan sahabat dekat kita, apa yang membuat mereka tertarik untuk memulai relasi dan akhirnya memilih kita menjadi partnernya atau orang terdekatnya? Kebanyakan dari mereka akan menjawab bahwa kesan pertama dari kita yang telah mencuri perhatian mereka. Selanjutnya masalah karakter, kepribadian atau tingkah laku, pasti akan menentukan bagaimana kedekatan relasi tersebut terjalin.

Atau tanyakan kepada atasan kita, apa yang membuat ia memilih kita menjadi partner kerjanya, pasti sebagian besar dipengaruhi dari kesan yang tercipta sewaktu perjumpaan pertama dalam wawancara. Selain itu, isi riwayat hidup (CV), prestasi akademik, ketrampilan, keahlian dan pengalaman kerja atau organisasi dan hasil psikotes tentu akan menjadi bahan pertimbangan selanjutnya.

Kesan pertama yang menentukan langkah berikutnya tidak selalu yang dianggap “baik” oleh kebanyakan orang, seperti ramah, rendah hati, terbuka, bersahabat, dll. Kadangkali kesan pertama yang “unik” tidak jarang juga menarik perhatian. Mereka yang terkesan acuh, angkuh, serius, atau cerewet sekalipun bisa menjadi alasan untuk sebuah kesan yang bermakna.

Tidak jarang, kesan pertama yang terlanjur direkam oleh orang lain ternyata tidak sesuai dengan realita kita sesungguhnya dan akhirnya menciptakan sebuah kata : ”oh, ternyata….”

Apapun kesan pertama yang diciptakan, memang terbukti
bahwa kesan pertama begitu menggoda, kesan pertama….begitu bermakna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar