Jumat, 20 April 2012

Perempuan Indonesia

Personal News Magazine - Banyak faktor yang menghambat perempuan Indonesia untuk berkembang. Di antaranya karena masalah geografis, lingkungan, kemiskinan, dan konstruksi sosial budaya antara laki-laki dan perempuan yang belum seimbang.

Hal itu berkaitan dengan peran dan tanggung jawab dalam relasi gender yang mengakibatkan perempuan belum mendapatkan akses, kontrol, manfaat dan partisipasi yang setara.

Di ranah lapangan kerja misalnya, masih terdapat disparitas upah antara kaum pria dan wanita. Namun jurang pemisah antara kaum pria dan wanita dalam bidang upah dari tahun ke tahun semakin menyempit. Jika 2007, selisih rata-rata perbedaan masih berkisar Rp287 ribu, pada 2009 menurun jadi Rp225 ribu.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar berpendapat perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan kemiskinan.

Secara naluriah, lanjut Linda, umumnya perempuan memiliki etos kerja dan produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan kaum laki-laki pada bidang tertentu. Oleh karena itu peran perempuan dalam mengisi pekerjaan harus terus ditingkatkan.

Salah satu bukti ketangguhan perempuan di bidang ekonomi adalah prestasi perempuan dalam usaha kredit mikro. Tingkat kepatuhan pengembalian pinjaman mereka jauh, lebih tinggi dibanding laki-laki.

"Sayangnya masih tumbuh stigma di masyarakat bahwa perempuan tidak cakap di dunia kerja. Stigma ini berimbas pada akses perempuan yang terbatas untuk masuk ke lapangan kerja," kata Linda.

Oleh karena itu, tugas paling berat dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, menurut Linda, adalah merubah paradigma masyarakat.

Masyarakat dana pemerintah wajib disadarkan untuk dapat berkenan membuka akses partisipasi yang seluas-luasnya untuk perempuan. Kelak, pada akhirnya kaum perempuan akan mampu berdaya guna dan menjadi aset penting dalam proses pembangunan bangsa.