Minggu, 04 Juli 2010

Bagaimana memiliki kecerdasan emosional komunikasi

 Beberapa hari ini saya mempersiapkan training seputar topik Service Excellent. Saya menggunakan buku berjudul EQ (Kecerdasan Emosional) Pelayanan Sepenuh Hati karangan Dr. Patricia Patton sebagai salah satu referensi. Ada bagian yang menarik dari buku tersebut, dan saya bagikan untuk rekan-rekan TranceformasiIndonesia dimanapun berada dan berkarya.
 

Bagian yang menarik itu adalah mengenai Kecerdasan Emosional (EI) Komunikasi. 
Sebagian dari kita mungkin bertanya, kok ada sih EI Komunikasi? Komunikasi kan intinya proses menyampaikan pesan. Mengapa perlu kecerdasan emosional segala? Disebutkan oleh Patricia Patton, bahwa EI Komunikasi berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman yang bisa muncul ketika kita berkomunikasi. Kenapa perlu EI? Karena emosi ada di balik pertukaran kata-kata.
 
Misalnya Anda berkata : “Saya senang dengan kehadiranmu disini”. Namun mimik wajah dan bahasa tubuh tidak selaras dengan kalimat yang diucapkan tersebut. Anda cemberut, bahasa tubuh Anda tampak gelisah, dengan pandangan mata yang tidak mencerminkan kegembiraan.
Bagaimana kalimat tersebut direspon oleh lawan bicara Anda? Tentu lawan bicara mempunyai makna yang berbeda dan bisa membuat kesimpulan, bukan dari kalimat Anda, tapi terlebih lagi dari mimik wajah dan bahasa tubuh Anda.  

EI Komunikasi ada di dalam bentuk komunikasi verbal, non verbal, tulisan maupun teknologi, seperti e-mail. Kesalahpahaman bisa muncul bila pengirim pesan tidak cermat dalam menggunakan jenis pesan yang dikirim dan tidak mengetahui siapa penerima pesannya.  

10 Langkah menuju Kecerdasan Emosional Komunikasi adalah : 

  1. Hindari penggunaan bahasa informal atau kata-kata populer, kecuali Anda telah mengenal pembaca/penerimanya dengan baik. 
  2. Tidak mempergunakan frase-frase atau kata-kata yang bermuatan emosi, seperti : benci program Anda, mengapa Anda tidak cepat mengambil tindakan, tidak tulus, kekanak-kanakkan, tanggapan bodoh. Bentuk kritik seperti ini akan lebih tajam dimaknai si pembaca  yang memandangnya di luar konteks dan di dalam bentuk tulisan. 
  3. Tulisan menimbulkan emosi-emosi pada diri kita. Ketika Anda hendak menuliskan keluhan/komplain, tulislah setelah Anda dapat menguasai diri. Sehingga ketika Anda menuliskannya, bahasa yang Anda pakai mencerminkan keakuratan dan obyektivitas. 
  4. Pastikan kalimat-kalimat yang pendek tidak bermuatan emosional, kecuali jika Anda telah membahasnya secara detil dengan si penerima pesan, melalui telepon atau bertemu langsung. 
  5. Baca kembali pesan Anda. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk mengecek kejelasan isi dan maksud, namun juga untuk mengecek nada emosional yang ada dengan mengajukan pertanyaan kepada diri Anda sendiri: Bagaimana tanggapan si penerima tentang pesan ini? Apakah pesan ini akan membangung hubungan yang konstruktif ataukah justru akan menghancurkannya? 
  6. Kenali pesan dan makna yang ingin Anda kirim dan tentukan mengapa Anda mengirimnya
  7. Ketika menerima informasi, berlapangdadalah ketika mengartikan pernyataan yang berlebihan yang Anda terima, dan sadari adanya kemungkinan pengungkapan itu tidak mencerminkan maksud si pengirim yang sesungguhnya, sebelum Anda mengirimkan bantahan. 
  8. Mintalah kejelasan secara tertulis sebelum membuat keputusan untuk bertindak, ketika menerima e-mail, faks, atau bentuk-bentuk komunikasi tertulis lainnya. Apa yang tertulis dalam  pesan bisa digunakan untuk menyerang Anda dengan berbagai cara, jadi pastikan tulisan itu mengungkapkan perasaan Anda secara tepat dan profesional. 
  9. Kata-kata negatif di dalam pesan bisa dibaca berulang-ulang, sehingga membuat tanggapan emosional di penerima semakin kuat. Hal ini terjadi karena orang mempunyai kesempatan mempelajari isi tersebut sesering yang ia inginkan. Karena itu, carilah makna sebenarnya yang mungkin diinginkan oleh si pengirim pesan. 
  10. Sempatkan waktu untuk berpikir dan merasakan sebelum Anda menulis. Dan jangan sekali-kali menulis tanpa memikirkan atau merasakan sebelumnya. 
Bagaimana, nggak sulit kan menerapkan EI Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari? Butuh latihan dan kepekaan untuk semakin mempertajam EI Komunikasi kita. Semakin sering kita berlatih mengelola emosi kita, semakin nampaklah EI kita dalam komunikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar