Minggu, 04 Juli 2010

Apapun yang Terjadi, Selalu Bersyukur

Apakah hari ini kita sudah bersyukur? Rasa syukur bisa dimulai sejak kita membuka mata di saat bangun dari tidur semalam. Rasa syukur yang sederhana namun penting adalah karena kita masih bisa membuka mata kita kembali dan mengetahui kita masih hidup, bukan?

Andaikan mata kita terpejam selamanya dan jantung ini berhenti berdetak saat kita tertidur, maka tentu kita tidak bisa menemui satu lagi kehidupan di hari baru ini.


Jika kita belum bersyukur, atau mungkin masih perlu alasan untuk bisa bersyukur, semoga kita bisa belajar dari cerita bijak karya Andrie Wongso berikut, yang mampir di inbox saya beberapa waktu yang lalu.
Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja, memiliki kegemaran berburu. Suatu hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke hutan.Karena kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam. Raja bersedih dan meminta pendapat dari seorang penasihatnya. Sang penasehat mencoba menghibur dengan kata-kata manis, tapi raja tetap sedih.

Karena tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya penasehat itu berkata:
“Baginda, apa pun yang terjadi patut disyukuri”.
Mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja langsung marah besar.

“Kurang ajar! Kena musibah bukan dihibur tapi malah disuruh bersyukur…!”
Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan hukuman tiga tahun penjara.
Hari terus berganti. Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikan kegemarannya berburu. Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru dan rombongan, berburu ke hutan yang jauh dari istana. Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehatnya tersesat dan terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh orang-orang suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa.

Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehatnya dimandikan. Saat giliran raja yang dimandikan, ketahuan kalau salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para dewa. Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh orang-orang primitif itu. Dan penasehat barulah yang dijadikan persembahan kepada para dewa.

Dengan susah payah akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan kembali ke istana. Setibanya diistana, raja langsung memerintahkan supaya penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan.
“Penasehat ku, aku berterimakasih kepadamu. Nasehatmu ternyata benar, apa pun yang terjadi kita patut bersyukur.

Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat…”
Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.

Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru si penasehat berlutut sambil berkata:

“Terima kasih baginda. Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu. Karena jika tidak, mungkin

sekarang ini, sayalah yang menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif”.

Moral cerita ini :
  • Apapun yang terjadi, bersyukurlah
  • Selalu ada makna di balik peristiwa, dan maknailah dengan penuh rasa syukur. Dan lihatlah, kebahagiaan sejati akan datang menghampiri
  • Orang bijak mengatakan: KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR
Sebenarnya, selalu ada saja hal yang bisa kita syukuri. Coba ingat lagi, misal kita jatuh dari motor karena ditabrak oleh motor lain sehingga kita luka-luka. Seringkali kita mengatakan : “Syukur cuma luka, gak sampai patah tulang”.

Atau jika jatuh dari motor tadi dan menyebabkan patah tulang, ada lagi yang disyukuri : “Syukur Cuma patah tulang, masih bisa sembuh, lagipula di penabrak mau bertanggung-jawab dan mengganti biayanya. Coba kalau sampai meninggal…?”

Hmmm…. sebenarnya susah gak ya bersyukur itu?
Kalau menurut saya sebenarnya tidak susah, hanya saja terkadang kita lupa untuk bersyukur. Dan lebih sering kita memilih untuk menggerutu dan mengeluh dibanding bersyukur.

Yang paling melegakan dari pilihan kita untuk bersyukur, adalah bahwa bersyukur itu ternyata mendamaikan hati dan membahagiakan. Dan satu rasa syukur akan menambah terus alasan lain untuk selalu bersyukur.
Bagaimana, mau memilih untuk selalu bersyukur, kan?

Salam penuh rasa syukur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar