Pulau Lombok adalah pulau kecil berbentuk huruf Q terbalik horizontal, berada di kawasan Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan kota Mataram Sebagai Ibu Kota Provinsi. Pulau yang dikenal dengan sebutan “Pulau Seribu Masjid” ini berada di titik Koordinat 8.565° S 116.351° E, dengan Luas pulau yang kecil sekitar 4,725 km² di kepulauan Sunda Kecil dipisahkan oleh Selat Lombok dari Pulau Bali yang berada di sebelat barat nya, dan Selat Alas yang berada di sebelah timur Pulau Sumbawa.
Secara Geografi, Selat Lombok menandai batas flora dan fauna Asia. Dimulai dari pulau Lombok ke wilayah timur, flora dan fauna yang ada lebih mendominan kemiripannya dengan flora dan fauna yang biasa dijumpai di daerah Australia daripada Flora dan Fauna yang ada di Asia. Seperti yang dikatakan oleh Ilmuwan “Alfred Russel Wallace”, seorang Ilmuwan berkebangsaan inggris pada abad ke-19.
Sedangkan perhitungan secara Topografi-nya, Lombok didominasi oleh gunung berapi bernama Rinjani dengan ketinggiannya + 3.726 meter di atas permukaan laut dan membuatnya masuk dalam nominasi Gunung tertinggi Ketiga di Indonesia. Tahun 1997 yang lalu, kawasan gunung Rinjani dan danau Segara Anak yang terletak ditengahnya diresmikan sebagai wisata / area yang dilindungi oleh pemerintah.
Jika kita menelusuri ke bagian selatan pulau Lombok, sebagian besar wilayahnya adalah tanah nan subur yang menjadi sumber utama mata pencaharian penduduk Pulau Lombok yang 90% adalah Petani. Komoditas tanaman yang menjadi andalan utama para Petani di daerah ini adalah tembakau , Jagung, Padi, Kopi, dan Kapas.
Tingkat populasi penduduk Lombok berkisar antara 2,536,000 jiwa (Real Data tahun 2004) dengan kepadatan penduduk 537 jiwa/km². Pulau kecil Lombok bersuku Sasak dengan beberapa fariant suku pendatang seperti suku Bali, Jawa, dan lainnya. Suku Sasak adalah penduduk asli yang yang di juluki “Sasak Lebung”, membangun sebuah komunitas yang menduduki pulau Lombok dengan jumlah kurang lebih 2.6 juta orang (85% total dari masyarakat yang ada). Makannya ayo cepetan Wisata ke Lombok.
Rabu, 20 Juni 2012
Jumat, 04 Mei 2012
Jumat, 20 April 2012
Perempuan Indonesia
Personal News Magazine - Banyak faktor yang menghambat perempuan Indonesia untuk berkembang. Di antaranya karena masalah geografis, lingkungan, kemiskinan, dan konstruksi sosial budaya antara laki-laki dan perempuan yang belum seimbang.
Hal itu berkaitan dengan peran dan tanggung jawab dalam relasi gender yang mengakibatkan perempuan belum mendapatkan akses, kontrol, manfaat dan partisipasi yang setara.
Di ranah lapangan kerja misalnya, masih terdapat disparitas upah antara kaum pria dan wanita. Namun jurang pemisah antara kaum pria dan wanita dalam bidang upah dari tahun ke tahun semakin menyempit. Jika 2007, selisih rata-rata perbedaan masih berkisar Rp287 ribu, pada 2009 menurun jadi Rp225 ribu.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar berpendapat perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan kemiskinan.
Secara naluriah, lanjut Linda, umumnya perempuan memiliki etos kerja dan produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan kaum laki-laki pada bidang tertentu. Oleh karena itu peran perempuan dalam mengisi pekerjaan harus terus ditingkatkan.
Salah satu bukti ketangguhan perempuan di bidang ekonomi adalah prestasi perempuan dalam usaha kredit mikro. Tingkat kepatuhan pengembalian pinjaman mereka jauh, lebih tinggi dibanding laki-laki.
"Sayangnya masih tumbuh stigma di masyarakat bahwa perempuan tidak cakap di dunia kerja. Stigma ini berimbas pada akses perempuan yang terbatas untuk masuk ke lapangan kerja," kata Linda.
Oleh karena itu, tugas paling berat dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, menurut Linda, adalah merubah paradigma masyarakat.
Masyarakat dana pemerintah wajib disadarkan untuk dapat berkenan membuka akses partisipasi yang seluas-luasnya untuk perempuan. Kelak, pada akhirnya kaum perempuan akan mampu berdaya guna dan menjadi aset penting dalam proses pembangunan bangsa.
Hal itu berkaitan dengan peran dan tanggung jawab dalam relasi gender yang mengakibatkan perempuan belum mendapatkan akses, kontrol, manfaat dan partisipasi yang setara.
Di ranah lapangan kerja misalnya, masih terdapat disparitas upah antara kaum pria dan wanita. Namun jurang pemisah antara kaum pria dan wanita dalam bidang upah dari tahun ke tahun semakin menyempit. Jika 2007, selisih rata-rata perbedaan masih berkisar Rp287 ribu, pada 2009 menurun jadi Rp225 ribu.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar berpendapat perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan kemiskinan.
Secara naluriah, lanjut Linda, umumnya perempuan memiliki etos kerja dan produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan kaum laki-laki pada bidang tertentu. Oleh karena itu peran perempuan dalam mengisi pekerjaan harus terus ditingkatkan.
Salah satu bukti ketangguhan perempuan di bidang ekonomi adalah prestasi perempuan dalam usaha kredit mikro. Tingkat kepatuhan pengembalian pinjaman mereka jauh, lebih tinggi dibanding laki-laki.
"Sayangnya masih tumbuh stigma di masyarakat bahwa perempuan tidak cakap di dunia kerja. Stigma ini berimbas pada akses perempuan yang terbatas untuk masuk ke lapangan kerja," kata Linda.
Oleh karena itu, tugas paling berat dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, menurut Linda, adalah merubah paradigma masyarakat.
Masyarakat dana pemerintah wajib disadarkan untuk dapat berkenan membuka akses partisipasi yang seluas-luasnya untuk perempuan. Kelak, pada akhirnya kaum perempuan akan mampu berdaya guna dan menjadi aset penting dalam proses pembangunan bangsa.
Langganan:
Postingan (Atom)