Rabu, 05 Oktober 2011

Asuransi Umum Siapkan "Unit Link"

JAKARTA, KOMPAS.com - Produk asuransi jiwa berbasis investasi alias unit link saat ini lekat sebagai produk jagoan industri asuransi jiwa. Lantaran peminat produk ini tetap membludak, industri asuransi umum nasional tengah mempertimbangkan merancang produk asuransi semacam unit link, yang bisa menghimpun pengelolaan dana investasi masyarakat, walaupun sedang ada kampanye iklan adira asuransi kendaraan terbaik Indonesia di Indonesia pada saat ini.

Bercermin dari industri asuransi umum di Jepang, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Kornelius Simanjuntak menuturkan, mungkin saja pasar asuransi nasional menawarkan produk asuransi dengan fitur menabung. "Sepanjang regulator memberikan izin," ujarnya, ketika ditemui KONTAN dalam seminar The Insurance School (non-life) of Japan Overseas, Selasa (4/10/2011).

Hiroyasu Miyazaki, Manajer Asosiasi Asuransi Umum Jepang mengatakan, seluruh perusahaan asuransi di Jepang, baik yang bergerak di sektor asuransi umum maupun jiwa menghimpun dana masyarakat untuk investasi. Regulasinya juga memungkinkan pelaku industri asuransi umum merilis produk-produk asuransi berbasis investasi.

Hal tersebut lumrah dilakukan sejak sekitar tahun 1960. Sejumlah konten produk mensyaratkan, di akhir masa kontrak, pemegang polis akan menerima pengembalian dana, sepanjang klaim tidak melebihi tingkat tertentu. "Ini jawaban kebutuhan masyarakat atas produk asuransi konvensional dengan unsur tabungan," tutur Miyazaki.

Apalagi, kontrak polisnya fleksibel, mulai jangka menengah hingga jangka panjang. Masyarakat Jepang menggemari produk asuransi dengan unsur tabungan ini dan menjadi penyumbang utama bagi penerimaan premi industri asuransi. Tapi, belakangan ini popularitasnya melorot, seiring rendahnya suku bunga.

President The Non-Life Insurance Institute Jepang, Fudeji Hama menegaskan, keamanan dana masyarakat terjamin, terutama dengan kehadiran organisasi penjamin pemegang polis yang mendapat dukungan pemerintah. "Jika sewaktu-waktu gagal bayar, ada penjamin polis dan dukungan pemerintah," ujarnya.

Tapi Kornelius mengingatkan, di Indonesia polis asuransi kerugian masih bersifat jangka pendek. Hal ini menjadi satu kesulitan tersendiri, mengingat pada umumnya investasi digunakan untuk jangka panjang. Selain itu, kesadaran berasuransi masyarakat masih sangat rendah, berbeda dengan Jepang, yang satu orang bisa memiliki lebih dari satu polis asuransi.

Artinya peluang membundel produk asuransi kerugian dengan iming-iming investasi masih kecil. Pelaku industri asuransi umum masih harus memperhatikan banyak hal seperti isi produk, investasinya, kontrak polis, hingga peluang pasarnya.

Jalan Menuju Taubat

Banyak orang yang tidak tahu realitas taubat dan keutamaan orang yang bertaubat. Banyak juga yang mengetahui derajat keutamaannya, namun tidak mengetahui jalan untuk mencapainya. Ada pula yang mengetahui jalan untuk menuju taubat, akan tetapi tidak tahu bagaimana memulainya.

Sebagaimana isinya, eBook ini kami beri judul 'Jalan Menuju taubat', secara ringkas menerangkan hakikat taubat, keutamaan taubat, syarat-syaratnya serta cara untuk bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya.

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang senantiasa kembali kepada-Nya, memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya. Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Semua anak Adam bersalah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah mereka yang bertaubat.” (HR Tirmidzi)

Bagaimana Taubat dari Ghibah?

Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Madarijus Salikin telah merinci perbuatan seoramg muslim yang mengghibah saudaranya sesama muslim, atau menuduhnya telah berbuat zina, apakah dia harus memberitahukan (kepada orang yang menjadi korban) tentang ghibah, namimah (adu domba), atau tuduhan palsu yang ia lakukan, agar ia terbebas dari akibat buruk perbuatannya? Ataukah ia hanya cukup bertaubat tanpa memberitahukan perbuatannya itu?

Maka beliau menyebutkan dua pendapat:
Pertama, ia harus memberitahukan tentang perbuatannya itu.
Kedua, ia tidak diharuskan memberitahukan tentang perbuatannya itu. Ia hanya cukup bertaubat dari apa yang telah dia lakukan, secara tersembunyi antara dirinya dan Allah. Kemudian dia menyebutkan orang yang dia ghibahi atau orang yang dia tuduh dengan kebalikan dari apa yang pernah ia sebutkan, di tempat dia melakukan ghibah. Yaitu dengan memujinya dan menyebutkan kebaikan-kebaikannya. Dan untuk tuduhan palsu telah berbuat zina yang ia lontarkan, diganti dengan menyebutkan bahwa orang tersebut tidak berbuat zina dan jauh dari perbuatan hina ini. Lalu ia memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang tersebut sebesar perbuatan ghibah yang telah ia lakukan.

Kemudian Ibnul Qayyim berkata: “Dan pendapat kedua inilah yang dipilih oleh guru kami Abul Abbas Ibnu Taimiyah, semoga Allah mensucikan ruhnya. Para pemegang pendapat ini berargumen bahwa memberitahukan ghibah atau tuduhan berzina kepada orang yang menjadi korban hanya akan menimbulkan mudharat. Tidak sedikitpun mengandung maslahat. Orang yang menjadi korban itu hanya akan semakin merasa sakit, terlihat bodoh dan menjadi sedih. Padahal tadinya ia tenang-tenang saja karena tidak mendengar apa-apa. Kalau saja ia mendengar tentang ghibah dan tuduhan tersebut, kemungkinan ia tidak akan kuat menanggungnya, dan menyebabkan mudharat pada kondisi jiwa atau tubuhnya.” Sampai akhir perkataan beliau. Lihat kitab Madarijus Salikin (290-291/1).

Taubat Nasuha 3 Mujahid Sejati (Tadzkiroh Buat Ikatan Alumni Afghan)

(Tafsir Surah At Taubah 117 – 119 Dikutip dari Al Jami’ Ash Shahih lil Imam Al Bukhari : 8/113, Kitabul Maghazi, Bab Hadits Ka’ab bin Malik.)

Pendahuluan

Allah dan Rasul-Nya menjamin bahwa debu jihad tidak akan pernah disentuh api neraka, namun tidak ada satu pun yang menjamin termasuk Allah dan Rasul-Nya bahwa debu-debu itu tidak akan luntur oleh riya’, sombong, pamer, hubbud dunya (cinta dunia), mudahanah (condong pada musuh) dan berbagai sikap buruk lainnya.

Hadits shahih di bawah ini semoga bisa menjadi tadzkiroh buat mereka yang tergabung dalam “Ikatan Alumni Afghan” bahwa keterlibatan mereka dalam Jihad Afghan bukanlah jaminan bahwa mereka selanjutnya tidak akan salah melangkah dan mengambil sikap dalam jihad fi sabilillah kecuali atas rahmat dan kasih sayang Allah. Bahkan dua orang shahabat pahlawan Badar dan seorang peserta Bai’ah Aqabah pun pernah tergelincir dalam kesalahan fatal, padahal mereka tidak pernah absen dari puluhan jihad selama hidup bersama Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam, apalagi bagi mereka yang “baru” mengikuti satu kancah jihad saja.

Terjemah Nash Hadits

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Syihab Az Zuhri, dari Abdurrahman bin Abdullah bin Ka’ab bin Malik, diriwayatkan, bahwa Abdullah bin Ka’ab bin Malik -anak Ka’ab bin Malik yang selalu menuntun beliau saat menderita kebutaan- berkata :

“Saya mendengar Ka’ab bin Malik bercerita tentang kisahnya saat tidak ikut dalam perang Tabuk”.

Ka’ab bin Malik bercerita :

“Saya tidak pernah absen dalam peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam kecuali perang Tabuk. Hanya saja, saya juga tidak ikut dalam perang Badar, tapi Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam tidak menegur orang-orang yang absen saat itu. Sebab Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam -saat itu- hanya ke luar untuk mencegat kafilah onta yang membawa dagangan kaum Quraisy. Dan tanpa ada rencana sebelumnya, ternyata Allah Ta`ala mempertemukan kaum muslimin dengan musuh mereka”.


“Tapi saya pernah ikut bersama Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam pada malam (Bai’atul) Aqabah, saat itu kami mengadakan janji setia terhadap Islam. Dan peristiwa ini lebih saya senangi ketimbang peristiwa perang Badar, walaupun perang Badar itu lebih sering dikenang oleh banyak orang..!!”

“Sehubungan dengan perang Tabuk, ceritanya begini. Saya tidak pernah merasa lebih kuat secara fisik dan lebih mudah secara ekonomi ketimbang saat saya absen dalam perang itu”.

“Demi Allah, saya tidak pernah punya dua kendaraan (kuda), tetapi ternyata saat perang itu saya bisa mempunyai dua kendaraan. Sebelum Tabuk, bila Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam mengajak para sahabat untuk perang, biasanya beliau selalu tidak menerangkan segala sesuatunya dengan jelas dan terang-terangan. Tetapi dalam perang ini, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam berterus terang kepada para sahabat. Sebab, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam akan melangsungkan peperangan ini dalam kondisi cuaca yang sangat panas”.

Beliau akan menempuh perjalanan yang jauh, melalui padang pasir yang begitu luas. Dan beliau juga akan menghadapi musuh dalam jumlah besar. Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam menjelaskan semua ini pada para sahabat. Saat itu, jumlah kaum muslimin memang banyak. Tidak ada catatan yang menyebutkan nama-nama mereka secara lengkap.’

Ka’ab berkata, “Dari saking banyaknya, sampai-sampai tak ada seorang pun yang ingin absen saat itu kecuali dia menyangka tidak akan diketahui selagi wahyu tidak turun dalam hal ini”.

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam melangsungkan perang Tabuk itu di saat buah-buahan dan pohon-pohon yang rindang tumbuh dengan suburnya. Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dan kaum muslimin telah bersiap-siap, hampir saja saya berangkat dan bersiap-siap dengan mereka. Tapi ternyata saya pulang dan tidak mempersiapkan apa-apa. Saya berkata dalam hati, “Saya bisa bersiap-siap nanti.”

Begitulah, diulur-ulur, sampai akhirnya semua orang sudah benar-benar siap. Di pagi hari, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam telah berkumpul bersama kaum muslimin untuk berangkat. Tetapi saya tetap belum mempersiapkan apa-apa.

Saya berkata, “Saya akan bersiap-siap sehari atau dua hari lagi, kemudian saya akan menyusul mereka setelah mereka berangkat.”

Saya ingin bersiap-siap, tapi ternyata saya pulang dan tidak mempersiapkan apa-apa.

Begitulah setiap hari, sampai akhirnya pasukan kaum muslimin benar-benar sudah jauh dan perang dimulai. Saat itu saya ingin berangkat untuk menyusul mereka, tapi sayang, saya tidak melakukannya. Saya tidak ditakdirkan untuk berangkat.

Setelah Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dan kaum muslimin keluar dari kota Madinah, aku keluar dan berputar-putar melihat orang-orang yang tidak ikut berangkat ke Tabuk. Dan yang menyedihkan, saya tidak melihat kecuali mereka yang dicurigai sebagai munafik atau orang lemah yang memang mendapat keringanan dari Allah Ta`ala.

Sementara itu, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam tidak menyebut-nyebut saya sampai beliau tiba di Tabuk.

Di sana, beliau duduk-duduk bersama para sahabat dan bertanya, “Apa yang terjadi dengan Ka’ab?”

Ada seseorang dari Bani Salamah yang menyahut, ‘Ya Rasulullah, dia itu tertahan oleh pakaiannya dan bangga dengan diri dan penampilannya sendiri.’

Mendengar itu Muadz bin Jabal berkata, : “Alangkah jeleknya apa yang kamu katakan. Demi Allah ya Rasulullah, kami tidak mengetahui dari Ka’ab itu kecuali kebaikan.”

Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam pun diam.’

Ka’ab melanjutkan ceritanya, ‘Ketika saya mendengar bahwa beliau bersama pasukan kaum muslimin menuju kota Madinah kembali, saya mulai dihinggapi perasaan gundah. Saya pun mulai berfikir untuk berdusta, saya berkata, “Bagaimana saya bisa bersiasat dari kemarahan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam besok?”

Karena itu, saya minta bantuan saran dari keluarga saya. Setelah ada informasi bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam sudah mulai masuk kota Madinah, hilanglah semua kebathilan yang sebelumnya ingin saya utarakan.

Saya tahu, bahwa tidak mungkin saya bisa bersiasat dari kemarahan beliau dengan berdusta. Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam telah tiba, dan biasanya bila beliau tiba dari suatu perjalanan, pertama kali beliau masuk ke masjid, lalu shalat dua rakaat, kemudian duduk-duduk menemui orang-orang yang datang.

Setelah Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam duduk, berdatanganlah orang-orang yang tidak ikut berperang menemui beliau. Mereka mengajukan berbagai macam alasan diikuti dengan sumpah -jumlah mereka lebih dari 80 orang- Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam menerima mereka secara lahir dan membai’at mereka serta memintakan ampunan. Adapun rahasia-rahasia hati, semuanya beliau pasrahkan kepada Allah Ta`ala.

Saya pun datang menemui beliau dan mengucapkan salam. Beliau tersenyum sinis, kemudian berkata, “Kemarilah!”

Saya berjalan sampai duduk di hadapan beliau. Lalu beliau bertanya, “Apa yang membuatmu tidak ikut serta? Tidakkah kau sudah membeli kendaraanmu?”

Saya jawab, “Ya benar. Demi Allah, sekiranya aku sekarang duduk di hadapan orang selain engkau dari seluruh penduduk dunia ini, tentu aku bisa selamat dari kemarahannya dengan mengemukakan alasan tertentu. Aku telah dikaruniai kepandaian berdiplomasi. Akan tetapi, demi Allah, aku yakin, kalau hari ini aku berdusta kepada engkau dan engkau rela menerima alasanku, niscaya Allah akan menanamkan kemarahan diri engkau kepadaku”.

Kemudian saya bertanya pada mereka, “Adakah orang yang mendapatkan perlakuan sama denganku?”

Mereka menjawab, “Ya, ada dua orang lagi yang mengatakan seperti apa yang kau katakan dan mendapatkan jawaban seperti jawaban yang kau terima.”

Saya bertanya lagi, “Siapa mereka?”

Mereka menjawab, “Murarah bin ARabi’ Al Amry dan Hilal bin Umayyah Al Waqify.”

Mereka menyebutkan nama dua orang yang pernah ikut perang Badar dan mereka bisa dijadikan panutan. Setelah mendengar dua nama yang mereka sebutkan itu saya terus pergi.

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam lalu melarang kaum muslimin berbicara dengan kami bertiga di antara orang-orang yang tidak ikut bersama beliau. Akibatnya, orang-orang semua meninggalkan kami dan sikap mereka pun berubah, bahkan dunia ini pun seolah juga berubah, tidak sama dengan dunia yang saya kenal sebelumnya.

Kami merasakan hal demikian selama 50 hari. Selama itu, dua teman senasib saya hanya berdiam diri dan duduk di rumah masing-masing sambil menangis. Berbeda dengan saya, saya termasuk yang paling muda dan paling kuat menahan ujian ini.

Setelah cukup lama orang-orang meninggalkan saya, suatu saat saya pergi memanjat dinding kebun Abu Qatadah -dia adalah sepupu saya dan termasuk orang yang paling saya cintai-. Saya mengucapkan salam kepadanya, tetapi -demi Allah- dia tidak menjawab salam saya.

Saya berkata, ‘Wahai Abu Qatadah! Demi Allah aku bertanya, adakah engkau tahu bahwa aku ini mencintai Allah dan Rasul-Nya?’ Dia diam saja. Saya kembali bertanya tapi dia tetap diam.

Saya bertanya sekali lagi, akhirnya dia juga menjawab, “Allah dan Rasul-Nya sendiri yang lebih tahu.” Air mata saya berlinang dan saya kembali memanjat dinding itu lagi.

Ketika saya berjalan di pasar Madinah, tiba-tiba ada seorang bangsawan dari Syam. Dia termasuk para pedagang yang datang membawa makanan untuk dijual di Madinah. Dia berkata, ‘Siapa yang dapat menunjukkan di mana Ka’ab bin Malik?’

Orang-orang yang ada di situ menunjukkannya. Setelah dia mendatangi saya, dia menyerahkan pada saya sebuah surat dari Raja Ghassan. Dalam surat itu tertulis, ‘Aku telah mendengar bahwa kawanmu (yaitu Nabi Muhammad) telah meninggalkanmu, sementara engkau tidaklah dijadikan oleh Allah berada pada derajat yang hina dan terbuang. Datanglah kepada kami, kami akan menghiburmu.’

Selesai membaca surat itu saya bergumam, ‘Ini termasuk rangkaian ujian Allah.’ Lalu saya bawa surat itu ke tungku dan membakarnya.

Setelah berlalu 40 hari dari total 50 hari, utusan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam datang kepada saya. Katanya, ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam telah menyuruhmu untuk menjauhi isterimu!’ Saya bertanya, ‘Apakah saya harus menceraikannya atau bagaimana?’, dia menjawab, ‘Tidak, jauhilah dia dan janganlah kau mendekatinya’.

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam juga mengirimkan utusan beliau kepada dua rekan senasib saya. Maka saya meminta pada isteri saya, ‘Pergilah kau ke tempat keluargamu. Menetaplah di sana sampai Allah Ta`ala memutuskan masalah ini!’

Ka’ab berkata, ‘Isteri Hilal bin Umayyah datang menemui Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, dia berkata :

‘Wahai Rasulullah, Hilal bin Umayyah itu sudah tua renta, dan dia tidak mempunyai pembantu. Apakah engkau keberatan bila aku melayaninya?’

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam menjawab, ‘Tidak, tetapi jangan sampai dia mendekatimu!’

Isterinya menjawab, ‘Demi Allah, dia sudah tidak bisa bergerak lagi dan dia masih tetap menangis sejak dia mempunyai masalah ini sampai hari ini juga.’

Sementara itu sebagian keluarga saya berkata, : ‘Bagaimana sekiranya engkau juga minta izin kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dalam masalah isterimu, agar dia bisa melayanimu seperti isteri Hilal bin Umayyah.’

Tetapi saya menjawab, : ‘Demi Allah, dalam masalah ini aku tidak akan minta izin kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam. Aku tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bila aku minta izin kepada beliau, sementara aku ini masih muda?!’

Saya berada dalam kondisi demikian selama sepuluh malam, sehingga jumlahnya 50 malam dari mulai pertama kali Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam melarang orang untuk berbicara pada kami.

Pada hari yang ke-50, saya menghadiri shalat Shubuh, setelah itu saya duduk-duduk, sementara kondisi saya persis seperti yang digambarkan oleh Allah Ta`ala, diri sendiri terasa sempit, begitu juga bumi yang luas ini terasa sempit bagi saya.

Saat saya duduk dalam keadaan demikian, tiba-tiba saya mendengar suara orang yang berteriak dengan lantang di atas bukit, ‘Wahai Ka’ab, bergembiralah!’ Saat itu juga saya langsung sujud, saya tahu bahwa masalah saya akan berakhir.

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam mengumumkan datangnya taubat (pengampunan) Allah atas kami bertiga saat beliau selesai shalat Shubuh. Banyak orang pergi menemui kami untuk menyampaikan kabar gembira. Sebagian mereka ada yang menemui dua kawan senasib saya, dan ada seseorang yang ingin menemui saya dengan berkuda.

Sementara itu ada seorang Bani Aslam yang hanya berjalan kaki, lalu dia naik ke bukit dan meneriakkan kabar gembira pada saya. Ternyata suara itu lebih cepat dari pada kuda. Setelah orang yang naik ke bukit itu datang menemui saya untuk menyampaikan langsung, saya tanggalkan pakaian saya dan saya hadiahkan untuknya sebagai imbalan atas kabar gembiranya.

Demi Allah, sebenarnya saya ini tidak mempunyai baju lagi selain itu. Akhirnya saya meminjam baju orang, kemudian berangkat menemui Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam. Orang-orang datang berduyun-duyun mengucapkan selamat atas kabar gembira ini. Mereka mengatakan, ‘Selamat atas pengampunan Allah untukmu!’ Setelah itu saya masuk ke dalam masjid, di situ terlihat Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam sedang duduk di kelilingi banyak orang.

Tiba-tiba Thalhah bin Ubaidillah bangun dan menuju ke arah saya dengan setengah lari. Dia menjabat tangan saya dan mengucapkan selamat. Tidak ada seorang pun dari kaum Muhajirin yang bangun selain dia, dan saya tidak akan melupakannya.

Setelah saya mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, beliau berkata -dengan wajah bersinar penuh kegembiraan-,

« أَبْشِرْ بِخَيْرِ يَوْمٍ مَرَّ عَلَيْكَ مُنْذُ وَلَدَتْكَ أُمُّكَ »

“Bergembiralah dengan datangnya sebuah hari yang paling baik yang pernah engkau lalui semenjak kau dilahirkan oleh ibumu.”

‘Dari engkau atau dari Allah, ya Rasulullah?’ tanya saya. Beliau menjawab, ‘Bukan dariku, tapi dari Allah.’

Dan demikianlah, bila Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam sedang gembira, wajah beliau bersinar seperti bulan. Kami semua tahu hal itu. Setelah aku duduk tepat di hadapan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, sebagai pertanda taubat ini, aku akan melepas semua hartaku dan menjadikannya sebagai shadaqah untuk Allah dan Rasul-Nya.’ Rasulullah menjawab, ‘Ambillah sebagian dari hartamu, ini lebih baik untukmu.’ Saya berkata, ‘Ya, aku akan mengambil busur panahku yang aku dapatkan dari perang Khaibar.’

Setelah itu saya ungkapkan kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam,

‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta`ala telah menyelamatkan aku dengan kejujuran, dan sebagai pertanda taubatku kepada Allah, aku berjanji bahwa aku akan selalu berkata jujur selama hidupku. Demi Allah, aku tidak mengetahui seorang muslim yang diuji oleh Allah dalam kejujuran kata-katanya melebihi ujian yang aku dapatkan.’

Dan sejak aku ungkapkan hal itu kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, saya tidak pernah berdusta sampai hari ini. Saya memohon semoga Allah tetap menjaga saya selama sisa hidup saya. Dan Allah Ta`ala menurunkan firman-Nya kepada Rasul-Nya:

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ * وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ * يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ [التوبة/117- 119]

“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan. Setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja.

“Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allahlah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (At Taubah : 117 – 119).

Demi Allah, tidak ada nikmat yang telah Allah karuniakan kepada saya -setelah nikmat hidayah Islam- yang lebih besar dari nikmat kejujuran saya kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam. Saya tidak ingin berdusta tapi kemudian binasa seperti binasanya orang-orang yang telah berdusta. Dan Allah Ta`ala telah memberikan komentar tentang orang-orang yang berdusta -di dalam wahyu yang diturunkan-Nya- dengan kata-kata yang sangat keras dan jelek.

“Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka itu berpalinglah dari mereka, karena mereka itu adalah najis dan tempat mereka adalah Jahannam, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka akan bersumpah kepadamu agar kamu rela kepada mereka. Tetapi, jika sekiranya kamu rela kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak rela kepada orang-orang yang fasik itu.” (At Taubah : 95 – 96).

Ka’ab berkata, : “Kami bertiga tidak memperhatikan lagi orang-orang yang diterima alasan mereka setelah bersumpah kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, kemudian beliau menyumpah mereka dan memintakan ampun buat mereka, sementara itu beliau menangguhkan urusan kami sampai Allah sendiri yang memutuskan. Oleh karena itu Alah Ta`ala menyatakan,

وَعَلَى الثَّلَثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُواْ.

”(Dan Allah juga telah menerima taubat) tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka.”

“Yang dimaksud dalam ayat ini bukanlah tidak ikut sertanya kami bertiga dalam perang, tetapi yang dimaksud adalah ditangguhkannya taubat kami serta tidak diikutsertakannya kami pada kelompok orang-orang yang telah bersumpah dan mengemukakan alasan dan diterima oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam.”


(HR. Al Bukhari : 8/113, Kitabul Maghazi, Bab Hadits Ka’ab bin Malik.)

Senin, 03 Oktober 2011

APA ?? AYU TING TING TERNYATA TIDAK PERAWAN LAGI

Sobat bosimam yang tercinta apakah anda tau wanita ini ?? ya tentu.
Akhir-akhir ini nama Ayu Ting Ting semakin terdengar dengan hits musiknya Alamat Palsu.

Berikut biodata ayu ting-ting untuk lebih mengenal artis baru ini Biodata Ayu Ting Ting:



Biodata Ayu Ting Ting
Nama : Ayu Tingting
Tempat/tgl lahir :
Depok, 20 Juni 1990
Profesi : Penyanyi
dangdut, presenter,
model
Tinggi badan : 160
cm
Berat badan : 45 kg
Prestasi : Bintang
sari ayu 2006, Putri
Depok 2006, Mojang
Depok, Presenter
Kuis (ANTV), Album
Dangdut (Geol Ajep2)
Album : Dangdut
(Rekening Cinta),
Goyang Sejati
(ANTV), Dangdut Yoo
(TPI), Kamera Ria
(TVRI), Dangdut Pro
(TVRI) Foto Ayu Ting
Ting Alamat Palsu

Sesuai dengan judul diatas APA ?? AYU TING TING TERNYATA TIDAK PERAWAN LAGI , Ya anda tidak salah membaca judul ini begitulah berita yang berhembus kencang di sela-sela namanya yang booming.

Menurut sumber (yang tidak disebutkan) Ayu ting ting tidak perawan lagi , begitu isu yang beredar di lingkungannya teman dan kerabatnya. Beredarnya berita itu dikarenakan di beberapa kesempatan ayu ting ting wawancara dia mengaku MASIH PERAWAN !! berkali-kali di ulangnya. sehingga si sumber celetuk dan cerita kepada teman-teman sumber karena dia tahu betul ayu ting ting sudah pergi sama cowok mana saja. Ya memang diakui dia pernah melakukan hubungan seks tetapi pengetahuan si sumber dengan pacarnya saja. Dia mengatakan mana anda cewek perawan ngaku masih perawan dengan plonk dan lepasnya dia bilang dia masih perawan. dimana-mana cewek masih perawan itupun tunggu di tanya orang dulu baru dia jawab iya saya masih perawan sambil menjawab dengan kalem.

Beda dengan ayu ting ting yang mengaku saya masih perawan dengan gaya yang berkesan sudah berhubungan seks. menurut si sumber mana ada gaya kayak si ayu ting-ting masih perawan jaman sekarang susah cewek perawan sedangkan cewek yang tidak berdandan atau sedikit berdandan atau bergaya aja banyak yang tidak perawan lagi apalagi cewek yang suka dandan dan bergaya layaknya artis.

PERTANYAANYA APA ANDA PERCAYA WANITA BERPENAMPILAN SEPERTI AYU TING TING MASIH PERAWAN ??

YA BEGITULAH MEMANG JIKA ORANG SUDAH TERKENAL ADA SAJA YANG IRI DAN SIRIK.

TIPS SEKS: Kenapa Wanita Ingin Bercinta Dengan Anda (Ini Dia Rahasianya)

Woopss sobat, bosimam kali ini menceritakan sedikit alasan Kenapa Wanita Ingin Bercinta. jika ditanya apa alasan wanita ingin bercinta? Tentu berbeda alasan pria dan wanita dalam melakukan hubungan seksual. Pria dalam melakukan hubungan seksual sebagai tanda cinta dan peningkat gairah. Namun bagi wanita, berhubungan seks bukan sekadar kegiatan romantis. Kebanyakan wanita bahkan menikmati seks untuk membebaskan diri dari kebosanan, sebagai rasa simpati pada pasangan dan bahkan untuk menyembuhkan sakit kepala migrain.

Alasan wanita berhubungan seks ini dimuat dalam sebuah buku 'Why Women Have Sex' karangan Cindy Meston and David Buss. Mereka telah menyoroti 200 alasan mengapa wanita melakukan hubungan seksual.

Dalam penelitian yang dilakukannya, mereka menyimpulkan bahwa alasan wanita tidur dengan pasangan sebagai cara menghilangkan kejenuhan berada di peringkat paling bawah. Namun ada lagi alasan lain yang menyatakan bahwa melakukan hubungan intim dengan suami sebagai cara menjaga perdamaian, menyembuhkan sakit kepala dan bahkan sebagai ucapan terima kasih untuk makan malam yang bagus.

"Penelitian telah menunjukkan bahwa kebanyakan pria menemukan wanita menarik secara seksual, sedangkan kebanyakan wanita tidak menemukan pria menarik secara seksual," kata Cindy dan David yang juga profesor psikologi di University of Texas, seperti dikutip dari laman Telegraph.

Para peneliti mewawancarai 1.006 wanita sebagai riset untuk buku tersebut, dan menemukan beberapa jawaban yang sangat mengejutkan.

Salah satu wanita bahkan mengungkapkan bahwa ia melakukannya untuk pengalaman spiritual, karena ia berpikir berhubungan seks adalah suatu ibadah. "Perilaku ini dapat mendekatkan saya pada Tuhan.”(ywn)

Alasan lain menyatakan bahwa seks sebagai obat untuk sakit kepala dan pengusir stres, untuk meningkatkan kemampuan seksual saya lebih baik dan untuk kulit agar tetap terlihat awet muda.

Namun, mayoritas wanita (84 persen), mengakui bahwa mereka melakukan hubungan seks untuk memastikan hidup tenang atau untuk merayu pasangan mereka agar mau membantu melaksanakan pekerjaan rumah tangga.

"Saya melakukan hubungan seks untuk mengurangi kebosanan ," kata salah satu wanita yang diwawancarai.

Sementara yang lain mengaku: "Aku berhubungan seks dengan beberapa orang karena aku merasa kasihan pada mereka."

Salah satu survei yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa satu dari sepuluh wanita mengaku melakukan hubungan seksual sebagai imbalan untuk hadiah, atau ucapan terimakasih atas makanan mewah.

sekian tulisan sayaa tentang alasan kenapa wanita ingin bercinta, berikutnya baca tulisan saya tentang Bagaimana cara bawa wanita tidur dan melakukan hubungan seks dengan anda. ditulisan saya itu 

Rabu, 07 September 2011

IMAGE OPTIMIZER